Sabtu, 29 Oktober 2016

KISAH LANTAI PUALAM


Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu di pajang sebuah patung pualam pula yang sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia mengagumi keindahan patung pualam itu. Suatu malam, Lantai pualam itu berkata kepada patung pualam

Lantai Pualam : “Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil ! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia dating kemari hanya untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu? Benar-benar tidak adil !”

Patung pualam : “Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah kau bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung batu yang sama?”

Lantai Pualam : “Tentu  saja, justru itulah mengapa aku semakin merasa ketidakadilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbed. Benar-benar tidak adil !”

Patung Pualam : “Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu seseorang pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi malah menolak dan merusakkan peralatan pahatnya ?”

Lantai Pualam : “Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk melukai diriku. Rasanya sakit sekali !”

Patung Pualam : “Kau benar ! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu sama sekali karena kau menolaknya.”

Lantai Pualam : “Lalu?”

Patung Pualam : “Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda. AKu tidak menolak peralatan pahatnya membentuk tubuhku. Aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang luar biasa.”

Lantai Pualam : “Mmmmmmm….”


Patung Pualam : “Kawanku, ini harga yang harus kita bayar pada segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah, kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi pada dirimu sekarang.”





"Tidak berani ambil peluang, berarti orang itu tidak bergulir atau tidak beranjak dari tempatnya semula. Ibarat bandul jam yang berhenti, itu menunjukkan bahwa jamnya mati, jam yang menyesatkan dan tidak berguna"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Like this blog